Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali menjadi sorotan global setelah otoritas militer Israel mengintensifkan serangan ke Rafah, Gaza Selatan. Wilayah ini selama berbulan-bulan disebut sebagai “zona aman” bagi jutaan pengungsi Palestina, namun kini justru menjadi sasaran utama operasi militer. Langkah ini memicu kecaman global, termasuk dari sekutu utama seperti Amerika Serikat, yang sebelumnya memberikan dukungan penuh terhadap operasi militer Israel.
Serangan ini terjadi di tengah tekanan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mahkamah Internasional (ICJ), yang sedang menyelidiki dugaan pelanggaran hukum internasional oleh Israel. Organisasi kemanusiaan internasional melaporkan kondisi darurat di lapangan, dengan ribuan korban sipil dan sistem logistik bantuan yang lumpuh. Dunia pun semakin gencar menuntut gencatan senjata permanen dan jalur bantuan kemanusiaan yang terbuka.
Di sisi lain, Netanyahu berada di bawah tekanan politik dalam negeri, baik dari sayap kanan yang menuntut pendekatan lebih keras, maupun dari kelompok oposisi yang menyerukan pemilu baru. Upaya menjaga kekuasaan di tengah konflik ini semakin memperburuk citra Netanyahu sebagai pemimpin yang menggunakan perang untuk bertahan secara politis.
Harapan: Semoga kekuatan-kekuatan dunia mampu menekan terwujudnya gencatan senjata permanen di Gaza, serta mendorong solusi damai yang adil bagi rakyat Palestina dan Israel. Indonesia diharapkan terus bersuara lantang dalam membela kemanusiaan dan mendukung peran aktif diplomasi internasional.