Jakarta – Sebuah investigasi kolaboratif oleh The Guardian, +972 Magazine, dan Local Call mengungkap operasi pengawasan massal yang dijalankan Unit 8200, satuan siber elite militer Israel. Laporan itu menyebut jutaan panggilan telepon warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat disadap, lalu dianalisis menggunakan layanan cloud milik Microsoft Azure.
Investigasi Pengawasan Massal
Dokumen dan kesaksian mantan anggota Unit 8200 menunjukkan program sadap ini berlangsung setiap hari dan menyasar komunikasi sipil tanpa batasan hukum yang jelas. Data hasil sadapan disimpan di server Microsoft, kemudian diproses dengan algoritme analisis percakapan untuk tujuan intelijen.
Praktik tersebut menimbulkan sorotan global karena menyalahi prinsip privasi dan hukum internasional, terutama di wilayah konflik yang rentan pelanggaran HAM.
Langkah Microsoft
Menanggapi laporan investigasi dan tekanan publik, Microsoft pada 25 September 2025 mengumumkan penghentian akses layanan cloud dan kecerdasan buatan (AI) untuk militer Israel.
Wakil Ketua Microsoft, Brad Smith, menegaskan keputusan ini sesuai prinsip perusahaan yang menolak keterlibatan dalam pengawasan massal warga sipil. “Selama dua dekade terakhir, kami memiliki standar global yang jelas: teknologi tidak boleh dipakai untuk menargetkan atau menindas masyarakat sipil,” ujarnya.
Microsoft juga mengirim pemberitahuan resmi ke Kementerian Pertahanan Israel (IMOD) bahwa sejumlah langganan layanan, termasuk penyimpanan cloud dan analitik AI, akan segera dinonaktifkan.
Tekanan Publik dan Protes
Keputusan Microsoft tidak lepas dari gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang digelar di kantor pusat perusahaan di Redmond, Amerika Serikat. Aksi tersebut berakhir ricuh dan menyebabkan penangkapan 18 orang demonstran.
Aktivis menuntut perusahaan teknologi global bertanggung jawab terhadap dampak produknya, khususnya ketika digunakan dalam operasi militer yang menyasar masyarakat sipil.
Dampak Geopolitik dan Teknologi
Langkah Microsoft dinilai sebagai sinyal penting dalam hubungan bisnis–politik global. Israel kehilangan salah satu penyedia layanan cloud terbesar dunia, yang selama ini menopang infrastruktur digital Unit 8200.
Ke depan, keputusan ini bisa memicu:
Pergeseran aliansi teknologi, di mana Israel mungkin mencari dukungan dari perusahaan cloud lain.
Meningkatnya tekanan moral pada perusahaan teknologi global lain, seperti Google dan Amazon, agar meninjau kembali kontrak pertahanan dengan Israel.
Perdebatan geopolitik terkait batas peran perusahaan swasta dalam konflik bersenjata.