Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

― Advertisement ―

spot_img

Gelombang Gen-Z: Asia di Tangan Generasi Baru, Generasi Revolusioner Generasi Digital

Jakarta – Di tengah hiruk pikuk politik Asia, sebuah kekuatan baru sedang muncul. Bukan partai mapan, bukan tokoh karismatik, melainkan generasi termuda: Generasi Z....

Jam Pria

HomeNewsRatusan Jenderal AS Dikumpulkan di Quantico, Misteri di Balik Konsolidasi Militer Global

Ratusan Jenderal AS Dikumpulkan di Quantico, Misteri di Balik Konsolidasi Militer Global

WASHINGTON DC — Ratusan jenderal dan laksamana Amerika Serikat (AS) dari berbagai penjuru dunia dipanggil pulang ke Virginia untuk menghadiri pertemuan dengan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pada Selasa (30/9/2025). Pertemuan yang digelar di instalasi militer Quantico ini menimbulkan tanda tanya besar, karena hingga kini agenda resmi tidak pernah diumumkan.

Bahkan, menurut laporan CNN, sebagian perwira tinggi yang diundang pun tidak mengetahui isi rapat. Sejumlah pejabat menyebut pertemuan itu bisa berupa pengarahan, evaluasi peralatan militer, hingga kemungkinan pemecatan besar-besaran. Seorang pejabat bahkan menyebutnya dengan nada bercanda sebagai “general squid games”.

Kekhawatiran Keamanan

Langkah mengumpulkan begitu banyak perwira tinggi di satu tempat memicu kekhawatiran. “Saya tidak bisa membayangkan alasan yang masuk akal untuk mengumpulkan semua perwira tinggi AS di satu tempat,” ujar seorang staf kongres kepada CNN. Kekhawatiran ini beralasan: jika terjadi insiden, komando militer AS bisa lumpuh seketika.

Konteks Politik: Pemangkasan Jenderal

Pertemuan ini berlangsung di tengah kebijakan kontroversial Menhan Hegseth yang sebelumnya memangkas 20 persen jumlah jenderal bintang empat. Sejak awal 2025, beberapa perwira tinggi juga diberhentikan secara mendadak, memunculkan spekulasi adanya restrukturisasi besar-besaran di tubuh militer.

Presiden Donald Trump hanya memberi komentar singkat, menyebut pertemuan itu sebagian terkait dengan “peninjauan peralatan militer terbaru” dan menyambut kedatangan para jenderal. Namun, Gedung Putih tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Dimensi Geopolitik: Israel–Palestina dan NATO yang Retak

Pertemuan ini terjadi di tengah eskalasi konflik Israel–Palestina. Sejak 2023, perang Gaza menewaskan puluhan ribu warga sipil. Israel mendapat dukungan penuh dari AS, sementara Iran, Hizbullah, dan Houthi ikut membuka front baru.

Pada Juni 2025, AS bahkan membantu Israel menyerang fasilitas nuklir Iran. Namun, Rusia dan China sejauh ini belum terjun langsung, meski keduanya aktif memanfaatkan situasi untuk menekan Barat.

Di sisi lain, peta diplomatik dunia bergeser. Pada September 2025, sejumlah negara Barat besar resmi mengakui Palestina sebagai negara merdeka: Inggris, Kanada, Australia, Portugal, Prancis, Malta, Monako, Luksemburg, dan Belgia. Untuk pertama kalinya, dua anggota tetap Dewan Keamanan PBB (Prancis dan Inggris) secara terbuka mendukung Palestina. Kini, 153 negara anggota PBB sudah mengakui Palestina.

Langkah ini membuat NATO terlihat retak. Jika sebelumnya aliansi itu solid di belakang AS, kini sebagian anggotanya mengambil posisi berbeda. NATO yang dulu agresif kini lebih banyak menahan diri, karena konsensus internal melemah.

Ekonomi AS yang Tertekan

Selain faktor geopolitik, ekonomi AS juga menghadapi tekanan. Defisit fiskal membengkak, sementara gerakan de-dolarisasi yang digerakkan BRICS+ mulai mengurangi dominasi dolar. Beberapa negara yang dulu berada dalam orbit Washington kini beralih ke blok alternatif.

Dalam kondisi seperti ini, konsolidasi militer bisa dibaca sebagai upaya Washington untuk menjaga hegemoninya di tengah melemahnya pengaruh ekonomi.

Analisis: Mengapa Rapat Ini Penting

Jika semua potongan fakta disatukan, pertemuan misterius di Quantico bisa dibaca dalam tiga lapisan:

  1. Restrukturisasi Internal Menyusul pemangkasan jenderal bintang empat, pertemuan ini bisa menjadi forum untuk mengumumkan rotasi atau pemecatan besar-besaran.
  2. Konsolidasi Politik Dengan NATO yang terpecah dan sekutu Eropa mulai mengakui Palestina, Washington perlu memastikan loyalitas penuh dari jajaran militernya.
  3. Antisipasi Eskalasi Global Konflik Israel–Palestina berpotensi meluas ke Iran, lalu menyeret Rusia dan China. Pertemuan ini bisa menjadi kalkulasi ulang kekuatan global AS untuk menghadapi skenario terburuk: eskalasi menuju perang besar.

Kesimpulan

Pertemuan ratusan jenderal AS di Quantico adalah fakta nyata, tetapi agendanya tetap dirahasiakan. Publik hanya bisa menebak-nebak, sementara Pentagon dan Gedung Putih memilih bungkam.

Namun, jika dilihat dari konteks geopolitik — konflik Israel–Palestina, pengakuan Palestina oleh negara-negara Barat, retaknya NATO, serta ekonomi AS yang tertekan — maka pertemuan ini tampak lebih dari sekadar rapat rutin. Ia adalah konsolidasi kekuatan global, sebuah langkah pre-emptive Washington untuk memastikan kendali di tengah dunia yang semakin multipolar dan rapuh.


📌 Sumber: |

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here