Roma – Ribuan warga Italia turun ke jalan menuntut pemerintah mereka mengakui kemerdekaan Palestina. Aksi ini pecah setelah Perdana Menteri Italia menegaskan bahwa negaranya belum berencana memberikan pengakuan resmi terhadap Palestina sebagai negara berdaulat.
Demonstrasi meluas di sejumlah kota besar seperti Roma, Milan, dan Napoli. Massa membawa spanduk bertuliskan “Free Palestine”, “Not in Our Name”, hingga “Justice for Gaza”. Mereka menilai kebijakan pemerintah Italia tidak mencerminkan suara rakyat yang mayoritas mendukung Palestina.
Rakyat Dunia Bersatu, Pemerintah Terpecah
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Italia. Di banyak negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Prancis, gelombang dukungan rakyat kepada Palestina terus tumbuh, meski pemerintahnya tetap menjaga hubungan erat dengan Israel.
Kondisi ini menciptakan paradoks: pemerintah berdiri di satu sisi, sementara rakyat bergerak di sisi lain.
Membaca Hadis Rasulullah sebagai Kiasan
Dalam hadis sahih riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak akan terjadi kiamat hingga kaum Muslimin memerangi orang-orang Yahudi. Maka orang Yahudi akan bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu atau pohon itu berkata: ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia’. Kecuali pohon gharqad, karena itu adalah pohon orang Yahudi.” (HR. Muslim)
Secara tekstual, hadis ini menggambarkan pertempuran fisik di akhir zaman. Kalau kita melihat hadis itu dalam pendekatan kiasan, maka gambaran “Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon” bisa dibaca bukan sekadar secara harfiah, tapi juga sebagai simbol:
Batu & pohon berbicara → tanda bahwa kebenaran akan terungkap, bahkan dari sesuatu yang dianggap bisu sekalipun. Artinya, mustahil kezaliman dapat terus bersembunyi.
Yahudi bersembunyi → bisa dimaknai sebagai gambaran upaya menutup-nutupi kezaliman dengan berbagai cara, namun akhirnya tetap terkuak.
Kecuali pohon gharqad → pohon ini dalam tradisi disebut banyak ditanam oleh Yahudi. Bisa dipahami sebagai simbol perlindungan struktural atau sistemik yang mereka buat sendiri.
Kalau dikaitkan dengan kondisi sekarang:
Di banyak negara, masyarakat sipil bangkit menuntut kemerdekaan Palestina, meski pemerintahannya masih menjaga hubungan politik atau ekonomi dengan Israel.
Gerakan itu meluas lintas bangsa, agama, dan ideologi → sebuah gelombang perlawanan moral global.
Maka “batu & pohon bicara” bisa ditafsir sebagai suara rakyat biasa, yang biasanya tak terdengar, kini justru menjadi saksi dan pembuka kebenaran.
Jadi tafsir kiasan ini mendekatkan kita pada kenyataan: walau pemerintah negara tertentu mendukung Israel, rakyat dunia menolak, menekan, bahkan melawan kebijakan negaranya sendiri, demi membela Palestina.
Kebenaran tidak bisa ditutup-tutupi – bahkan dari yang dianggap “bisu” (batu, pohon) pun akhirnya bersuara.
Upaya berlindung akan gagal – kezaliman akan terungkap meski mencoba bersembunyi di balik sistem atau kekuatan tertentu.
Kecuali gharqad – simbol adanya struktur atau perlindungan yang dibuat khusus, seperti sekutu politik atau jaringan kekuasaan.
Realitas Kekinian: Rakyat Menjadi “Batu dan Pohon”
Jika hadis itu kita refleksikan pada situasi sekarang, suara rakyat dunia yang lantang membela Palestina dapat dipandang sebagai “batu dan pohon yang bersuara”. Mereka yang selama ini dianggap tak punya kuasa politik, justru tampil menjadi saksi dan pembuka kebenaran.
Meski pemerintah banyak negara menolak pengakuan Palestina, rakyat mereka bangkit, mendemo, bahkan menekan negaranya sendiri.
Kesimpulan
Apa yang terjadi di Italia hanyalah satu contoh kecil dari gelombang global yang terus meluas. Rakyat di berbagai penjuru dunia bersatu menuntut keadilan bagi Palestina, menolak sikap pemerintah yang berpihak pada Israel.
Dalam bingkai spiritual, fenomena ini seakan mengingatkan pada nubuwat Rasulullah ﷺ: kebenaran akan selalu menemukan jalannya, bahkan melalui suara-suara yang sebelumnya tak diperhitungkan.