Jakarta – Perang Rusia–Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022 kini memasuki fase baru: perang ketahanan yang panjang, melelahkan, dan penuh ketidakpastian. Jika pada awalnya dunia menyaksikan serangan kilat Rusia ke Kyiv yang gagal, kemudian disusul dengan gelombang balasan Ukraina di Kharkiv dan Kherson, maka saat ini medan pertempuran meluas tidak hanya secara geografis, tetapi juga ke ranah politik, ekonomi, dan diplomasi internasional.
Konflik yang semula dianggap akan cepat selesai justru berubah menjadi perang berlarut-larut dengan dimensi global. Rusia terus meningkatkan serangan udara, sementara Ukraina kini berani melancarkan operasi ke jantung wilayah Rusia. NATO dan Uni Eropa berada dalam dilema: mendukung Kyiv tanpa terjebak menjadi pihak langsung dalam perang. Situasi ini menegaskan bahwa perang di Eropa Timur bukan lagi sekadar konflik regional, melainkan titik api geopolitik dunia.
Serangan Rusia: Eskalasi Udara dan Tekanan Darat
Dalam beberapa pekan terakhir, Rusia melancarkan gelombang serangan udara terbesar sejak awal invasi. Lebih dari 800 drone dikerahkan bersamaan dengan rudal balistik dan jelajah, menyasar infrastruktur vital Ukraina: energi, transportasi, pemerintahan, dan fasilitas militer.
Serangan ini bukan hanya operasi militer teknis, tetapi juga sarat makna psikologis. Dengan menargetkan jaringan energi dan kota-kota besar, Rusia berusaha melemahkan moral publik Ukraina sekaligus mempersulit operasi militer lawan.
Di garis depan timur, khususnya Donbas dan sekitar Kharkiv, Rusia melanjutkan ofensif darat. Kemajuan memang relatif lambat, tetapi konsisten: sedikit demi sedikit memperluas zona kendali sambil mengganggu jalur logistik Ukraina. Taktik “grinding war” ini menunjukkan bahwa Moskow memilih strategi melelahkan lawan daripada serangan cepat.
Respons Ukraina: Memperluas Perang ke Wilayah Rusia
Ukraina tidak tinggal diam. Dengan kemampuan drone jarak jauh yang semakin canggih, Kyiv kini berani memperluas operasi ke dalam wilayah Rusia. Serangan ke kilang minyak Kirishi di Leningrad adalah contoh nyata bagaimana Ukraina berusaha menekan ekonomi dan energi Rusia. Kilang itu bukan sekadar infrastruktur, melainkan simbol penting dalam jaringan energi Moskow.
Selain itu, serangan ke pabrik kimia dan jalur kereta api memperlihatkan strategi baru: mengacaukan sistem logistik Rusia dari dalam. Laporan tentang hancurnya tangki bahan bakar dan tewasnya anggota Garda Nasional Rusia memperlihatkan dampak konkret.
Dengan cara ini, Ukraina ingin memaksa Rusia berperang di “dua front”—tidak hanya di garis pertempuran, tetapi juga di wilayah domestiknya. Strategi ini menandai pergeseran dari perang defensif ke ofensif asimetris.
Rusia vs NATO: Retorika dan Perang Informasi
Di panggung diplomasi, Kremlin meningkatkan retorika. Rusia menuduh NATO semakin terlibat dalam perang melalui suplai senjata, bantuan intelijen, dan dukungan logistik. Menurut Moskow, aliansi Barat de facto sudah menjadi pihak dalam konflik, meski belum secara formal.
Peringatan keras juga diberikan terkait rencana Uni Eropa menggunakan aset Rusia yang dibekukan untuk membiayai Ukraina. Kremlin menyebut langkah itu sebagai pencurian terang-terangan dan mengancam akan membalas. Ancaman ini tidak hanya menyasar Eropa, tetapi juga menimbulkan ketidakpastian di sektor keuangan global.
Sebagai pelengkap, Rusia dan Belarus menggelar latihan militer Zapad 2025. Latihan ini bukan semata-mata persiapan rutin, melainkan pesan strategis: Moskow ingin menunjukkan kesiapan menghadapi kemungkinan eskalasi dengan NATO di kawasan timur Eropa.
Kondisi Internal Ukraina: Perang, Krisis, dan Ketergantungan
Di dalam negeri, Ukraina menghadapi tantangan berat. Medan tempur di Donetsk dan Kharkiv tetap sulit, sementara serangan udara Rusia terus menghantam infrastruktur vital. Pemadaman listrik berulang, kerusakan transportasi, dan lumpuhnya fasilitas pemerintahan menjadi keseharian.
Dampaknya terhadap masyarakat sipil sangat besar: ribuan kehilangan rumah, banyak warga mengungsi, sementara korban jiwa terus bertambah. Tekanan psikologis juga menggerus stamina sosial masyarakat.
Dari sisi ekonomi, Ukraina semakin bergantung pada bantuan luar negeri. Pemerintah Kyiv mengajukan program baru ke IMF untuk menutup kebutuhan anggaran. Bantuan militer dan finansial dari Barat tetap menjadi tiang utama. Tanpa dukungan itu, keberlanjutan perang nyaris mustahil.
Implikasi Geopolitik: Dari Eropa ke Dunia
Perang Rusia–Ukraina kini menjadi isu geopolitik global dengan tiga implikasi besar:
Eropa dalam Dilema Strategis
Negara-negara NATO terus meningkatkan bantuan senjata, tetapi enggan terlibat langsung. Mereka khawatir eskalasi terbuka akan memicu konflik global dengan Rusia. Namun, jika dukungan melemah, risiko Ukraina kalah semakin besar, yang berarti ancaman langsung ke perbatasan NATO.Pasar Energi Terguncang
Serangan ke kilang minyak Rusia berdampak pada stabilitas suplai energi global. Uni Eropa, yang sebelumnya sudah berusaha melepaskan diri dari ketergantungan energi Rusia, kini menghadapi harga energi yang fluktuatif. Hal ini memperburuk krisis ekonomi yang sudah menghantam benua itu.Pergeseran Blok Global
Konflik ini mempercepat polarisasi dunia: Barat di satu sisi, Rusia–China di sisi lain. Dukungan Tiongkok secara tidak langsung terhadap Rusia, serta sikap netral sebagian besar negara Global South, memperlihatkan fragmentasi tatanan internasional pasca-Perang Dingin.
Kesimpulan: Perang Tanpa Ujung, Dunia di Persimpangan
Hingga kini, tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu pihak akan mampu menyelesaikan perang dengan cepat. Rusia tampaknya siap bertahan dalam perang panjang, sementara Ukraina masih bergantung pada dukungan Barat. NATO tetap berhati-hati, berusaha menahan diri dari keterlibatan langsung, meski tekanan semakin besar.
Implikasinya jelas: perang ini tidak lagi hanya tentang perebutan wilayah, melainkan tentang benturan geopolitik antara Rusia dan Barat. Stabilitas energi, keuangan global, dan keamanan Eropa semuanya ikut dipertaruhkan.
Pada akhirnya, diplomasi tetap menjadi jalan terbaik. Namun, di tengah retorika keras, eskalasi militer, dan ketidakpastian politik, jalan menuju meja perundingan tampak semakin jauh. Perang Rusia–Ukraina adalah pengingat bahwa konflik di satu kawasan dapat mengguncang keseimbangan dunia.