Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

― Advertisement ―

spot_img
HomeNewsMembongkar Akal-akalan BUMN: Dari Laba Semu ke Lubang Triliunan (3)

Membongkar Akal-akalan BUMN: Dari Laba Semu ke Lubang Triliunan (3)

Prolog

Setiap tahun, laporan keuangan perusahaan milik negara dipublikasikan dengan angka-angka megah: pendapatan triliunan rupiah, aset fantastis, bahkan klaim kinerja positif. Namun di balik barisan tabel dan grafik yang dipoles, publik kerap dikejutkan oleh kabar kerugian besar yang mendadak menyeruak. BUMN yang seharusnya menjadi “sapi perah” negara justru berubah menjadi lubang raksasa yang menelan dana rakyat.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah kerugian BUMN benar-benar cerminan kegagalan bisnis, atau hanya hasil rekayasa akuntansi, beban politik, bahkan permainan elite?

Bagian III

Garuda Indonesia — Dari Ikon Kebanggaan ke Jerat Utang dan Manipulasi Laporan

Garuda Indonesia, maskapai kebanggaan nasional, kini berada di persimpangan krisis. Dulu menjadi simbol prestise dan pelayanan kelas dunia, saat ini Garuda menghadapi jerat utang yang menumpuk dan tuduhan manipulasi laporan keuangan yang mengguncang kepercayaan publik serta investor.

Baca juga : https://beritaindonesia.news/2025/09/17/membongkar-akal-akalan-bumn-dari-laba-semu-ke-lubang-triliunan-2/

Utang Menggunung, Kinerja Terganggu

Sejak beberapa tahun terakhir, Garuda Indonesia mencatatkan pertumbuhan utang yang signifikan. Pinjaman untuk ekspansi armada dan operasional semakin menekan likuiditas perusahaan. Menurut laporan keuangan terakhir, total utang Garuda mencapai triliunan rupiah, dengan sebagian besar berupa utang jangka pendek yang harus segera dilunasi.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait kemampuan maskapai untuk memenuhi kewajibannya, terutama di tengah fluktuasi harga bahan bakar dan tekanan persaingan industri penerbangan. Analis keuangan menyebut, beban utang yang tinggi meningkatkan risiko gagal bayar dan memicu tekanan pada harga saham Garuda di pasar modal.

Manipulasi Laporan Keuangan: Gejala Krisis Kepercayaan

Selain utang, Garuda menghadapi tuduhan manipulasi laporan keuangan. Temuan awal dari auditor independen menunjukkan adanya praktik akuntansi yang tidak transparan, termasuk penggelembungan aset dan pendapatan yang tidak sesuai realitas operasional.

Praktik ini, menurut pakar corporate governance, bisa menyesatkan investor dan kreditur dalam menilai kesehatan keuangan perusahaan. “Jika tidak segera diperbaiki, reputasi Garuda sebagai perusahaan publik akan semakin tergerus, dan akses pendanaan di masa depan bisa tertutup,” kata seorang analis keuangan kepada BeritaIndonesia.news.

Dampak bagi Pemerintah dan Publik

Sebagai perusahaan BUMN, kondisi Garuda Indonesia tidak hanya berdampak pada investor, tetapi juga pada pemerintah dan masyarakat luas. Subsidi, penyertaan modal, atau bailout menjadi opsi yang sulit, karena anggaran negara juga terbatas dan harus memprioritaskan sektor lain.

Selain itu, reputasi nasional ikut dipertaruhkan. Garuda, yang pernah menjadi ikon prestise Indonesia di kancah internasional, kini menghadapi sorotan tajam terkait manajemen, transparansi, dan akuntabilitas.

Upaya Restrukturisasi dan Jalan Keluar

Manajemen Garuda telah mengumumkan rencana restrukturisasi, termasuk penjadwalan ulang utang, pengurangan biaya operasional, dan efisiensi armada. Namun, langkah ini memerlukan keseriusan dan pengawasan ketat dari regulator serta pemegang saham.

Pakarnya menekankan bahwa kunci keberhasilan adalah transparansi dan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi yang sehat. Tanpa itu, upaya restrukturisasi berisiko hanya menjadi kosmetik jangka pendek, sementara masalah fundamental tetap menghantui.

Kesimpulan

Garuda Indonesia kini menghadapi krisis multi-dimensi: beban utang yang berat, tuduhan manipulasi laporan, dan tekanan reputasi nasional. Keberhasilan mengatasi masalah ini akan menentukan apakah Garuda tetap menjadi simbol kebanggaan bangsa atau berakhir sebagai peringatan pahit tentang risiko manajemen dan tata kelola yang lemah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here