Prolog
Setiap tahun, laporan keuangan perusahaan milik negara dipublikasikan dengan angka-angka megah: pendapatan triliunan rupiah, aset fantastis, bahkan klaim kinerja positif. Namun di balik barisan tabel dan grafik yang dipoles, publik kerap dikejutkan oleh kabar kerugian besar yang mendadak menyeruak. BUMN yang seharusnya menjadi “sapi perah” negara justru berubah menjadi lubang raksasa yang menelan dana rakyat.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah kerugian BUMN benar-benar cerminan kegagalan bisnis, atau hanya hasil rekayasa akuntansi, beban politik, bahkan permainan elite?
Bagian II
Asabri: Lubang Rp22 Triliun di Tubuh Prajurit
Dari Asuransi Prajurit ke Skandal
PT Asabri (Persero) sejak lama dikenal sebagai perusahaan asuransi dan pensiun bagi anggota TNI, Polri, dan PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan. Perusahaan ini seharusnya menjadi benteng finansial bagi prajurit negara. Namun, pada awal 2020 publik kembali dikejutkan. Nilai investasi Asabri merosot tajam hingga menyebabkan kerugian sekitar Rp22 triliun.
Baca juga : https://beritaindonesia.news/2025/09/17/membongkar-akal-akalan-bumn-dari-laba-semu-ke-lubang-triliunan-1/
Pola yang Sama dengan Jiwasraya
Kasus Asabri memperlihatkan pola serupa dengan Jiwasraya. Investasi perusahaan ditempatkan pada saham berisiko tinggi dan reksa dana bermasalah. Banyak di antaranya adalah saham gorengan yang mudah dimainkan harga dan volumenya.
Hasilnya, nilai portofolio jatuh. Namun, laporan keuangan sempat menampilkan angka positif. Lagi-lagi publik tertipu oleh laba semu yang tidak menggambarkan kondisi riil.
Korban Prajurit dan Negara
Berbeda dengan Jiwasraya yang melibatkan masyarakat umum, kerugian Asabri langsung menyasar prajurit TNI-Polri. Uang pensiun dan asuransi yang seharusnya aman justru ikut tergerus. Kepercayaan prajurit kepada negara terguncang.
Kerugian ini akhirnya menjadi beban negara. Pemerintah harus kembali menalangi agar dana pensiun tidak hilang total.
Dugaan Sindikasi Elite
Investigasi mengungkap keterlibatan sejumlah pengusaha saham dan manajer investasi dalam mengatur portofolio Asabri. Transaksi dilakukan secara sistematis untuk menguntungkan pihak tertentu. Sama seperti Jiwasraya, ada dugaan kuat praktik fraud dan kolusi antara pejabat internal dengan jaringan luar.
Benang Merah Skandal
Jiwasraya dan Asabri ibarat dua wajah dari koin yang sama. Keduanya terjebak pada pola investasi berisiko, laporan laba semu, serta lemahnya pengawasan. Bedanya, jika Jiwasraya menghantam masyarakat umum, Asabri menghantam langsung jantung pertahanan negara: prajurit.
Catatan Redaksi:
Kasus Asabri memperlihatkan bahwa kerugian BUMN bukan sekadar salah urus. Ada pola akal-akalan dan dugaan permainan elite yang membuat uang rakyat, bahkan dana prajurit, ikut lenyap.