Jakarta – Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 5,00% pada Rapat Dewan Gubernur bulan September 2025. Keputusan ini diyakini menjadi langkah untuk menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian global dan masih tingginya perhatian pasar terhadap arah kebijakan moneter Amerika Serikat (The Fed).
Stabilitas Rupiah Jadi Pertimbangan Utama
Rupiah relatif stabil dalam beberapa pekan terakhir, didukung arus masuk modal asing dan pelemahan dolar AS menjelang keputusan The Fed. Kondisi ini memberi ruang bagi BI untuk tidak terburu-buru melakukan perubahan kebijakan.
“Selama tekanan inflasi terkendali dan rupiah tidak mengalami pelemahan signifikan, opsi paling rasional adalah mempertahankan BI Rate di level saat ini,” ujar seorang ekonom pasar uang kepada BeritaIndonesia.news, Selasa (16/9).
Tiga Skenario Keputusan BI
Base Case (70%): BI menahan BI Rate di 5,00%, sejalan dengan ekspektasi pasar.
Dovish Case (20%): Pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps ke 4,75%, jika rupiah menguat signifikan dan aliran modal asing semakin deras.
Hawkish Case (10%): Kenaikan ke 5,25% hanya mungkin terjadi jika terjadi guncangan eksternal yang melemahkan rupiah secara tajam.
Pasar domestik menaruh perhatian pada hasil rapat The Fed yang juga digelar pekan ini. Jika Fed menurunkan suku bunga, ruang pelonggaran di Indonesia terbuka lebih lebar. Namun BI diperkirakan akan tetap berhati-hati agar tidak memicu gejolak nilai tukar.
Implikasi ke Pasar
Keputusan mempertahankan BI Rate memberi sinyal stabilitas bagi pasar keuangan domestik. IHSG berpotensi melanjutkan penguatan, sektor perbankan dan properti mendapat sentimen positif, sementara yield obligasi pemerintah berpeluang menurun.
BI Rate di Persimpangan Stabilitas dan Tekanan
Dilema Bank Indonesia
BI ingin menjaga stabilitas rupiah dan mencegah capital outflow di tengah ketidakpastian global, sementara pemerintah berharap ada ruang pelonggaran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.Kepentingan Pemerintah
Fiskal butuh dukungan: Biaya pinjaman lebih rendah membantu belanja infrastruktur dan program subsidi.
Politik populis: Kebijakan moneter yang lebih ramah ke masyarakat dan pelaku usaha.
Kalkulasi BI
Independensi: Menjaga kredibilitas sebagai institusi independen.
Nilai tukar rupiah: Pelemahan rupiah sensitif terhadap persepsi investor asing.
Inflasi: Selama inflasi terkendali, BI lebih nyaman menahan bunga.
Kepentingan Investor Dalam Negeri dan Asing
Investor asing: Mengutamakan kepastian nilai tukar dan yield obligasi.
Ruang arbitrase: BI Rate relatif tinggi tetap menarik bagi pemodal asing.
Skenario di Balik Rapat BI
Menahan di 5,00% → Kompromi terbaik: menjaga stabilitas rupiah, memberi sinyal kredibilitas, sambil membuka ruang pelonggaran di akhir tahun.
Menurunkan ke 4,75% → Lebih berpihak ke pemerintah, tapi risiko keluar modal asing jika Fed tidak agresif menurunkan bunga.
Naik ke 5,25% → Hanya terjadi jika rupiah diguncang faktor eksternal besar.
Kesimpulan
Keputusan BI Rate bukan sekadar angka suku bunga. Ia mencerminkan tarik-menarik antara pemerintah yang butuh pertumbuhan, BI yang menjaga kredibilitas, dan investor asing yang menuntut stabilitas. BI hampir pasti memilih posisi tengah: menahan BI Rate di 5,00% sambil menegaskan komitmen menjaga rupiah, dengan pesan bahwa ruang pelonggaran tetap ada jika kondisi global lebih bersahabat.