Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

― Advertisement ―

spot_img

Gelombang Protes Pajak Meluas: Usai Pati, Warga Cirebon Siap Demo Besar-besaran Akibat PBB Naik hingga 1.000%

Cirebon, 14 Agustus 2025 — Gejolak protes terkait kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang sebelumnya mengguncang Kabupaten Pati, Jawa Tengah, kini merembet ke...
HomeNewsKapolri Diminta Turun: Jalan Sudah Macet, Hanya Tinggal Pintu Keluar

Kapolri Diminta Turun: Jalan Sudah Macet, Hanya Tinggal Pintu Keluar

Jakarta – Di depan Polda Metro Jaya, mahasiswa dan massa aksi kembali turun ke jalan. Mereka tak lagi basa-basi: Kapolri harus mundur. Bukan sekadar kritik, ini ultimatum.

Tragedi Affan Kurniawan jadi pemicu, tapi akumulasi kebusukan Polri yang jadi bahan bakar. Rezim seragam cokelat dianggap lebih sibuk menjaga citra daripada menjaga nyawa.

Teriakan di Jalan, Telinga di Istana

  • Massa menuduh Polri gagal total: represif di jalan, mandul di penegakan hukum.

  • Spanduk dan orasi lantang menggaung: “Kapolri mundur sekarang juga!”

  • Kapolda turun menemui, tapi publik sudah tahu skenarionya: janji akan “menyampaikan aspirasi.”
    Pertanyaannya: sampai kapan suara rakyat hanya dipantulkan dinding birokrasi?

Polri di Persimpangan

  1. Jalan Reformasi
    Mendengar rakyat, memperbaiki institusi, dan sadar bahwa jabatan bukan selamanya.

  2. Jalan Pembangkangan
    Bertahan dengan tameng kuasa, menganggap suara mahasiswa sekadar bisingan.

  3. Jalan Buntu
    Semakin lama menutup telinga, semakin besar gelombang rakyat yang akan menghantam.

Kapolri: Simbol yang Retak

Polri selama ini ingin tampil sebagai pelindung rakyat. Tapi di mata publik hari ini, simbol itu sudah retak.
Di jalan, rakyat diseret. Di ruang sidang, kasus diulur.
Di istana, senyum rapi disiarkan.

Maka wajar jika mahasiswa menyimpulkan: Kapolri bukan solusi, tapi bagian dari masalah. Demonstrasi ini bukan sekadar protes; ini vonis moral. Jika Kapolri terus bertahan, ia sedang menulis epitaf sendiri:

“Seorang jenderal yang memilih citra daripada kepercayaan, kursi daripada kehormatan.”

Dan ketika mahasiswa sudah turun ke jalan dengan tuntutan sekeras ini, pintu keluar sebenarnya sudah terbuka—tinggal keberanian untuk melangkah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here