Wellington, 14 Agustus 2025 — Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon, melontarkan kritik keras terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang dinilainya telah “kehilangan akal” karena memperluas operasi militer di Jalur Gaza.
Dalam pernyataannya, Luxon menyebut langkah Israel tersebut “sungguh mengerikan” dan sudah melampaui batas, mengingat eskalasi konflik telah memperburuk penderitaan warga sipil. “Situasi di Gaza adalah tragedi kemanusiaan yang tidak dapat dibenarkan,” ujarnya.
Rencana Netanyahu dan Kecaman Internasional
Netanyahu sebelumnya mengumumkan rencana untuk menguasai Kota Gaza sepenuhnya dan menghancurkan Hamas, dengan alasan itu adalah “cara terbaik untuk mengakhiri perang”. Namun, rencana ini menuai kecaman luas dari komunitas internasional yang menilai langkah tersebut hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah.
Krisis Kemanusiaan di Gaza
Peringatan datang dari para ahli yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menyebut pembatasan bantuan oleh Israel telah memicu risiko kelaparan meluas di Gaza. Laporan terbaru menggambarkan akses pangan, air bersih, dan layanan kesehatan berada di titik kritis.
Sikap Politik Selandia Baru
Di tengah kritiknya terhadap Israel, Selandia Baru kini mempertimbangkan untuk secara resmi mengakui negara Palestina. Langkah ini, jika diambil, akan menempatkan Selandia Baru sejalan dengan negara-negara seperti Australia, Kanada, Prancis, dan Inggris yang telah menyatakan dukungan terhadap pengakuan Palestina.
Keputusan final terkait pengakuan tersebut akan dibahas dan ditetapkan oleh kabinet Selandia Baru pada September mendatang.
Konteks eksternal: gelombang pengakuan Palestina
NZ membaca momentum jelang pekan para pemimpin PBB (September). Australia sudah menyatakan akan mengakui; beberapa mitra Barat—UK, Kanada, Prancis—mendorong kerangka dua-negara. Jika NZ ikut, Wellington bergeser dari “wait-and-see” ke norm-entrepreneur Pasifik