Rencana Prabowo Bangun 80 Ribu Koperasi Desa Dikritik, Sejarawan Ingatkan Bahaya Koperasi Papan Nama
Jakarta, 13 Mei 2025 –
Pemerintah baru di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto mengumumkan rencana ambisius membentuk 80.000 Koperasi Desa Merah Putih dengan dana mencapai Rp400 triliun. Namun, sejumlah pemikir dan aktivis koperasi mengingatkan bahwa pendekatan proyek semacam itu berpotensi mengulangi kegagalan sejarah.
Dalam tulisan tajam berjudul “Koperasi Bukan Proyek, Tapi Perjumpaan”, sejarawan Yusran Darmawan mengingatkan kembali tentang esensi koperasi sebagai gerakan sosial rakyat, bukan sebagai instrumen politik atau program negara yang dipaksakan dari atas.
Koperasi: Akar dari Solidaritas, Bukan Perintah dari Atas
Menurut Yusran, koperasi adalah bentuk kepercayaan yang tumbuh dari bawah, dari ruang-ruang dialog antarwarga, bukan dari cetak biru kebijakan. Ia mengutip pemikiran Mohammad Hatta, Bapak Koperasi Indonesia, yang terinspirasi dari koperasi rakyat di Rotterdam—dibentuk tanpa arahan negara, tetapi karena kebutuhan bersama.
“Koperasi dalam benaknya bukanlah instrumen pemerintah, melainkan perpanjangan dari kehendak rakyat. Ia bukan proyek, tapi proses. Ia bukan program, tapi gerakan.” – Yusran Darmawan
Pelajaran Pahit dari Masa Orde Baru
Yusran menyoroti sejarah KUD (Koperasi Unit Desa) pada era Orde Baru yang dibentuk secara seragam di seluruh pelosok negeri. Banyak dari koperasi itu akhirnya hanya menjadi papan nama, tanpa aktivitas ekonomi yang nyata karena dibangun bukan dari kesadaran warga, melainkan dari kebijakan birokratis.
“Sayangnya, pendekatan yang kini diambil justru melupakan pelajaran sejarah. Di masa Orde Baru, negara pernah membentuk KUD secara seragam. Hasilnya? Banyak yang menjadi papan nama belaka.”
Koperasi Sejati Lahir dari Percakapan
Dalam esensinya, tulis Yusran, koperasi tidak dimulai dari pendanaan besar, melainkan dari percakapan dan kepercayaan. Ia memberi contoh sederhana: seorang ibu rumah tangga yang tak mampu membeli beras, dibantu tetangganya, lalu memutar uang secara bergiliran. Dari situ tumbuh semangat gotong royong yang menjadi fondasi koperasi.
Peringatan Dunia Internasional: Koperasi Tak Bisa Dipaksakan
Mengutip tokoh dunia seperti Bruno Roelants (sekjen International Cooperative Alliance) dan Muhammad Yunus (pendiri Grameen Bank), Yusran menegaskan bahwa koperasi tidak bisa dipaksakan dari atas. Kepercayaan, bukan modal besar, adalah jantungnya.
“Cooperatives can’t be imposed. They must be formed by the people, for the people, and with the people.” – Bruno Roelants
“We don’t need big money to solve poverty. We need trust.” – Muhammad Yunus
Jangan Ulangi Kesalahan Lama
Artikel Yusran menjadi refleksi penting di tengah euforia pembangunan koperasi secara massal. Ia mengajak masyarakat dan pemerintah untuk kembali ke semangat asli koperasi, yang dibangun bukan dengan anggaran triliunan rupiah, tetapi dengan percakapan, solidaritas, dan rasa saling percaya.
Reporter: StudioAI21 | Sumber: Timur Angin, Wawancara Tokoh, Sejarah Koperasi Indonesia
Editor: Redaksi StudioAI21 Investigasi